Penilaian Prestasi Kerja
BAB I
PENDAHULUAN
Pentingnya penilaian prestasi kerja yang rasional
dan diterapkan secara objektif terlihat paling sedikit dua kepentingan, yaitu
kepentingan pegawai yang bersangkutan sendiri dan kepentingan organisasi. Bagi
para pegawai, penilaian tersebut berperan sebagai umpan balik tentang berbagai
hal seperti kemampuan, keletihan, kekurangan dan potensinya yang pada
gilirannya bermanfaat untuk menentukan tujuan, jalur, rencana dan pengembangan
kariernya. Bagi organisasi, hasil penilaian prestasi kerja para pegawai sangat
penting arti dan perananya dalam pengambilan keputusan tentang berbagai hal,
seperti identifikasi kebutuhan program pendidikan dan pelatihan, rekrutmen,
seleksi, program pengenalan, penempatan, promosi, system imbalan dan berbagai
aspek lain dari keseluruhan proses manajemen sumberdaya manusia secara efektif.
Organisasi yang selalu
berkembang merupakan dambaan semua orang. Baik pemerintah maupun swasta
mengharapkan organisasinya tumbuh dan berkembang dengan baik, sebab dunia terus
berkembang. Dengan perkembangan tersebut diharapkan organisasi mampu bersaing
dan berakselerasi dengan kemajuan zaman. Kenyataan menunjukkan bahwa organisasi
yang tidak mampu berakselerasi dengan kemajuan zaman akan tertinggal untuk
kemudian tenggelam tertelan zaman.
Salah satu cara yang
dapat digunakan untuk melihat perkembangan suatu organisasi adalah melalui
hasil Penilaian Prestasi Kerja (PPK) yang ada pada organisasi tersebut. PPK
dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah Performance Appraisal. Dari PPK
dapat dilihat kinerja kerja organisasi yang dicerminkan oleh kinerja kerja
pegawainya.
Hasil PPK dapat
menunjukkan apakah SDM (pegawai) pada organisasi terebut telah memenuhi
sasaran/target sebagaimana yang dikehendaki oleh organisasi, baik secara
kuantitas maupun kualitas, bagaimana perilaku pegawai dalam melaksanakan
pekerjaannya, apakah cara kerja tersebut sudah efektif dan efisien, bagaimana
penggunaan waktu kerja dan sebagainya. Dengan informasi tersebut berarti hasil
PPK merupakan refleksi dari berkembang atau tidaknya organisasi.
Pada organisasi yang
cukup maju, hasil PPK digunakan sebagai bahan pertimbangan proses manajemen SDM
seperti promosi, demosi, diklat, kompensasi, pemutusan hubungan kerja dan
sebagainya. Dijadikannya PPK sebagai bahan perimbangan sedikit banyaknya
memotivasi pegawsai untuk bekerja lebih giat lagi. Dengan demikian PPK
merupakan salah satu faktor kunci tumbuh dan berkembangnya suatu organisasi.
Keinginan bangsa kita untuk
menuju perbaikan kinerja kerja melalui PPK sudah ada. Hal tersebut ditunjukkan
oleh penggunaan Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan (DP3) di seluruh
organisasi pemerintah dan sebagian besar organisasi swasta. Namun sayangnya
kebanyakan pengelola PPK (departemen SDM/personalia) masih belum siap.
Fenomena yang kemudian
muncul ke permukaan adalah PPK masih belum dianggap penting. Anggapan tersebut
ditunjang oleh sistem penilaian PPK yang masih bersifat sembarangan sebagai
akibat dari hasil PPK yang belum dijadikan bahan pertimbangan proses manajemen
SDM selanjutnya, seperti perencanaan karier, diklat, kompensasi, PHK, dan
sebagainya.
Di samping itu, PPK
yang ada juga banyak memiliki kelemahan seperti : besarnya porsi poin yang
bersifat subyektif, penilaian yang dilakukan satu tahun sekali pada periode
yang sama dapat mengakibatkan bias, banyak organisasi yang belum memiliki
uraian kerja yang mantap yang mengakibatkan kesulitan di dalam membuat PPK, dan
sebagainya.
B. Rumusan
Masalah
Adapun rumusan masalah dari makalah ini
yaitu :
1. Apa yang dimaksud
dengan Penilaian Prestasi Kerja?
2. Apa tujuan dari
Penilaian Prestasi Kerja?
3. Apa tanggung jawab
dari Penilaian?
4. Apa saja obyek Penilaian?
5. Apa saja unsur-unsur
dalam pelaksanaan dalam Penilaian Prestasi Kerja?
6. Apa saja masalah dalam
Penilaian?
7. Apa saja tip-tip dalam
melaksanakan Penilaian Prestasi Kerja?
BAB II
1. Pengertian Penilaian
Prestasi Kerja
Penilaian
Prestasi Kerja (PPK) adalah “suatu cara dalam melakukan evaluasi terhadap
prestasi kerja para pegawai dengan serangkaian tolok ukur tertentu yang
obyektif dan berkaitan langsung dengan tugas seseorang serta dilakukan secara
berkala”.
Menurut Hasibuan (1995:105), prestasi
kerja adalah suatu hasil kerja yang dicapai seseorang dalam melaksanakan
tugas-tugas yang dibebankan kepadanya yang didasarkan atas kecakapan,
pengalaman dan kesungguhan serta waktu.
Menurut Moh. As'ud (1995:47),
II. Tujuan Penilaian
Prestasi Kerja
PPK
dapat digunakan untuk berbagai tujuan. Beberapa Tujuan Umum penggunaan
PPK dalan organisasi industri maupun non indutri adalah :
·
Peningkatan
imbalan (dengan system merit),
·
Feed back/umpan balik bagi pegawai yang bersangkutan,
·
Promosi,
·
PHK atau
pemberhentian sementara,
·
Melihat potensi
kinerja pegawai,
·
Rencana suksesi,
·
Transfer/pemindahan
pegawai
·
Perencanaan
pengadaan tenaga kerja
·
Pemberian bonus
·
Perencanaan
karier
·
Evaluasi dan
pengembangan Diklat
·
Komunikasi
intenal
·
Kriteria untuk
validasi prosedur suksesi
·
Kontrol
pengeluaran.
Secara
garis besar terdapat dua Tujuan Utama PPK, yaitu :
Evaluasi
terhadap tujuan (goal) organisasi, mencakup :
Ø Feedback pada pekerjaan untuk mengetahui di mana
posisi mereka.
Ø Pengembangan data yang valid untuk pembayaran
upah/bonus dan keputusan promosi serta menyediakan media komunikasi untuk
keputusan tersebut.
Ø Membantu manajemen membuat keputusan pemberhentian
sementara atau PHK dengan memberikan “peringatan” kepada pekerja tentang
kinerja kerja mereka yang tidak memuaskan. (Michael Beer dalam French, 1986).
Pengembangan
tujuan (goal) organisasi, mencakup :
Ø Pelatihan dan bimbingan pekerjaan dalam rangka
memperbaiki kinerja dan pengembangan potensi di masa yang akan datang.
Ø Mengembangkan komitmen organisasi melalui diskusi
kesempatan karier dan perencanaan karier.
Ø Memotivasi pekerja
Ø Memperkuat hubungan atasan dengan bawahan.
Ø Mendiagnosis problem individu dan organisasi.
III.
Tanggung Jawab Penilaian
Menurut Mondy & Noe(2005) dalam kebanyakan
organisasi, departemen sumber daya manusia bertanggung jawab untuk
mengkoordinasikan desain dan pelaksanaan program penilaian kinerja. Orang yang
mungkin ditunjuk adalah:
1)
Atasan langsung.
Atasan
langsung bertanggung-jawab untuk menilai kinerja karena dialah yang setiap saat
dapat mengamati para karyawan.
2)
Bawahan
Bawahan
berada dalam posisi yang tepat untuk menilai efektivitas manajerial. Pendukung
pendekatan ini percaya bahwa atasan sangat menyadari kebutuhan kelompok kerja
dan dapat membuat pekerjaan lebih baik. Sebaliknya, kritikus khawatir bahwa
bawahan takut akan pembalasan.
3)
Peers
Kekuatan
utama untuk menilai kinerja adalah rekan kerja, yang memiliki kinerja dan
pandangan yang khas, terutama dalam tugas-tugas tim.
4)
Evaluasi diri
Jika
karyawan memahami tujuan dan kriteria untuk evaluasi, mereka memiliki posisi
yang baik untuk menilai kinerja mereka sendiri.
5)
Pelanggan
Organisasi
menggunakan pendekatan ini karena hal ini menunjukkan komitmen terhadap
pelanggan, karena karyawan adalah pemegang tanggung-jawab.
IV.
Objek Penilaian Prestasi Kerja
1. Hasil kerja individu
Jika mengutamakan hasil akhir, maka pihak manajemen
melakukan penilaian prestasi kerja dengan obyek hasil kerja individu. Biasanya
berlaku pada bagian produksi dengan indikator penilaian output yang dihasilkan,
sisa dan biaya per-unit yang dikeluarkan.
2. Perilaku
Untuk tugas yang bersifat instrinsik, misalnya
sekretaris atau manajer, maka penilaian prestasi kerja ditekankan pada
penilaian terhadap perilaku, seperti ketepatan waktu memberikan laporan,
kesesuaian gaya kepemimpinan, efisiensi dan efektivitas pengambilan keputusan, tingkat
absensi.
3. Sifat
Merupakan obyek penilaian yang dianggap paling lemah
dari kriteria penilaian prestasi kerja, karena sulit diukur atau tidak dapat
dihubungkan dengan hasil tugas yang positif, seperti sikap yang baik, rasa
percaya diri, dapat diandalkan, mampu bekerja sama.
V. Unsur-Unsur Dalam Pelaksanaan Dalam Penilaian
Prestasi Kerja
Menurut (Hasibun, 2002: 59) unsur-unsur penilaian
kinerja adalah sebagai berikut:
1) Prestasi
Penilaian
hasil kerja baik kualitas maupun kuantitas yang
dapat di hasilkan karyawan.
2)
Kedisiplinan
Penilaian disiplin dalam mematuhi
peraturan-peraturan yang ada dan melakukan pekerjaan sesuai dengan intruksi
yang diberikan kepadanya.
3) Kreativitas
Penilaian kemampuan karyawan dalam mengembangkan
kreatifitas untuk menyelesaikan pekerjaannya sehingga dapat bekerja lebih
berdaya guna dan berhasil guna.
4)
Bekerja sama
Penilaian kesediaan karyawan berpartipasi dan
bekerja sama dengan karyawan lain secara vertikal atau horizontal didalam
maupun diluar sehingga hasil pekerjaannya lebih baik.
5)
Kecakapan
Penilaian dalam menyatukan dan melaraskan
bermacam-macam elemen yang terlibat dalam menyusun kebijaksanaan dan dalam
situasi manajemen.
6)
Tanggung jawab
Penilaian kesediaan karyawan dalam memper tanggung
jawabkan kebijaksanaannya, pekerjaan dan hasil kerjanya, sarana dan prasarana
yang digunakan, serta perilaku pekerjaannya.
VI. Masalah Dalam Penilaian
Menurut Mondy & Noe(2005) masalah yang berkaitan
dengan penilaian kinerja adalah:
1)
Kurangnya objektivitas
Salah satu kelemahan metode penilain kinerja
tradisional adalah kurangnya objektivitas. Dalam metode rating scale, misalnya,
faktor-faktor yang lazim digunakan seperti sikap, loyalitas dan kepribadian
adalah faktor-faktor yang sulit diukur. Penggunaan faktor-faktor yang terkait
dengan pekerjaan (job related factors) dapat meningkatkan objektivitas.
2) Bias
“Hallo error”
Bias “Hallo error” terjadi bila penilai
mempersepsikan satu faktor sebagai kriteria yang paling penting dan memberikan
penilaian umum baik atau buruk berdasarkan faktor tunggal ini.
3)
Terlalu “longggar” / terlalu “ketat”
Penilai terlalu “longggar” (leniency) kecenderungan
memberi nilai tinggi kepada yang tidak berhak, penilai memberi nilai lebih
tinggi dari seharusnya. Penilai terlalu “ketat” (strictness) terlalu kritis atas
kinerja seorang pekerja (terlalu “ketat” dalam memberikan nilai). Penilaian
yang terlalu ketat biasanya terjadi bila manajer tidak mempunyai definisi atau
batasan yang akurat tentang berbagai faktor penilaian.
4)
Kecenderungan memberikan nilai tengah
Kecenderungan memberi nilai tengah (Central
tendency), terjadi bila pekerja di beri nilai rata-rata secara tidak tepat atau
di tengah-tengah skala penilaian, Biasanya, penilai memberi nilai tengah karena
ingin menghindari kontroversi atau kritik.
5) Bias perilaku terbaru
Bias perilaku terbaru (recent behavior bias) ,
perilaku atau kinerja yang paling akhir akan lebih mudah diingat daripada
perilaku yang telah lama. Penilai cenderung lebih banyak menilai kinerja yang
tampak menjelang atau pada saat proses penilaian dilakukan. Seharusnya
penilaian kinerja mencakup periode waktu tertentu.
6) Bias
pribadi(stereotype)
Penyelia yang melakukan penilaian bisa saja memiliki
bias yang berkaitan dengan karakteristik pribadi pekerja seperti suku, agama,
gender atau usia. Meskipun ada peraturan atau undang-undang yang melindugi
pekerja, diskriminasi tetap menjadi masalah dalam penilain kinerja.
VII. Tips Dalam Melaksanakan Penilaian Prestasi
Kerja :
1) System
penilaian prestasi sesuai dengan kebutuhan organisasi
2) Factor
factor yang dinilai objektif dan konkrit
3)
Penilaiannya bebas dari bias
4)
Prosedur dan administrasinya seragam
5)
Sistemnya mudah digunakan
6) Hasil
penilaian digunakan dalam pengambilan keputusan
7)
Sistemnya memungkinkan dilakukannya proses peninjauan ulang
8) Yang
menggunakan dapat menggunakannya sebagai input
9) Dapat
dilaksanakan dengan ekonomis
10) Hasil
penilaiannya didokumentasikan
11) Penilai
terlatih dan berkualitas
12) Sistemnya
mencakup monitoring dan evaluasi
13) Manajer
puncak dengan jelas memberikan dukungannya terhadap system
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Pentingnya penilaian prestasi kerja yang rasional
dan diterapkan secara objektif terlihat paling sedikit dua kepentingan, yaitu
kepentingan pegawai yang bersangkutan sendiri dan kepentingan organisasi. Salah
satu cara yang dapat digunakan untuk melihat perkembangan suatu organisasi
adalah melalui hasil Penilaian Prestasi Kerja (PPK) yang ada pada organisasi
tersebut. PPK dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah Performance Appraisal.
Dari PPK dapat dilihat kinerja kerja organisasi yang dicerminkan oleh kinerja
kerja pegawainya. Di samping itu, PPK yang ada juga
banyak memiliki kelemahan seperti : besarnya porsi poin yang bersifat
subyektif, penilaian yang dilakukan satu tahun sekali pada periode yang sama
dapat mengakibatkan bias, banyak organisasi yang belum memiliki uraian kerja
yang mantap yang mengakibatkan kesulitan di dalam membuat PPK, dan sebagainya.
http://negerisiapa.blogspot.com/2017/06/penilaian-prestasi-kerja-kinerja.html
http://jurnal-sdm.blogspot.com/2009/07/prestasi-kerja-penegertian-penilaian.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar